Selasa, 09 Juni 2020

Materi PKK Kelas XII



BAB I
HARGA POKOK PRODUKSI DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT


Kompetensi Dasar
3.8 Menghitung harga pokok produksi dan Analisis BEP.
4.8 Menentukan BEP dan keuntungan usaha.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi harga pokok produksi dan analisis BEP, peserta didik diharapkan dapat:
1.     Menghitung Harga Pokok Produksi (Cost of Revenuw).
2.     Menganalisis Break Even Point (BEP).
3.     Melakukan perhitungan Break Even Point (BEP).
4.     Menjelaskan manfaat analisis Break Even Point (BEP).
5.     Menjelaskan batas analisis Break Even Point (BEP).
6.     Menyebutkan kelemahan Break Even Point (BEP).

Apakah keluarga kamu memiliki perusahaan atau memiliki bisnis? Dalam setiap bisnis tentunya perusahaan menginginkan adanya keuntungan. Nah, keuntungan ini bisa didapat dari penjualan barang atau jasa yang sebelumnya telah diproduksi atau dikerjakan, dengan menghitung besaran harga pokok produksi dan harga jualnya. Harga pokok produksi dibutuhkan untuk memperhitungkan harga jual, memperkirakan keuntungan, serta mengatur strategi perusahaan. Tapi bagi kamu para pemilik bisnis, kamu sudah tahu belum bagaimana cara menghitung harga pokok produksi?
Selain menghitung harga pokok produksi, perusahaan juga harus menghitung analisis Break Even Point (BEP). Hal ini dikarenakan analisis Break Even Point (BEP) sangat penting untuk pelaporan keuangan perusahaan. Harga pokok produksi dan analisis Break Even Point (BEP) nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laga rugi perusahaan. Untuk memahami lebih jelas tentang Harga pokok produksi dan analisis Break Even Point (BEP) simaklah materi berikut dengan seksama.


A.    Harga Pokok Produksi
1.    Pengertian Harga Pokok Produksi
Pengertian Harga pokok produksi dikemukakan oleh Mulyadi (2009:17), harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang di keluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk.
Menurut Utami (2019),harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau jasa tersebut bisa dijual.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) adalah biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. .
Lalu apa manfaat perusahaan harus menghitung harga pokok produksi suatu barang? Menghitung harga pokok sangat penting untuk pelaporan keuangan perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dilakukan sebelum perusahaan menentukan harga jual. Harga ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laba rugi. Selain itu, perusahaan juga akan lebih mudah melakukan pengontrolan produksi jika mengetahui harga pokoknya. Banyak perusahaan yang salah dalam penentuan harga pokok produksi karena mengira harga pokok produksi sama dengan harga jual. Sebenarnya keduanya berbeda, karena harga jual telah ditambah dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan sedangkan harga pokok produksi tidak.
Harga pokok produksi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan harga pokok perusahaan manufaktur dan jasa. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi karena harga pokok produksi terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan atau laba. Sedangkan harga pokok produksi pada perusahaan jasa mempunyai komponen berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, ongkos kirim dan komisi penjualan.
Perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang dalam segala aktivitas bisnisnya adalah untuk menjual jasa sebagai ganti produk dalam perusahaan manufaktur dan juga dagang. Contoh perusahaan jasa yang berhubungan dengan perhotelan adalah mencakup seputar jasa hotel, jasa laundry, jasa cleaning service, dan juga masih banyak lagi jasa-jasa yang lainnya. Perusahaan jasa merupakan jenis badan usaha yang dalam segala aktivitas bisnisnya adalah untuk menjual jasa sebagai ganti produk dalam perusahaan manufaktur dan juga dagang.
Namun, apa yang sebenarnya membedakan untuk perhitungan harga pokok produksi perusahaan jasa dengan jenis perusahaan dagang serta manufaktur? Istilah Harga pokok produksi  perusahaan manufaktur atau Cost Of Goods Sold (COGS) seperti ini tidak terlalu dikenal dalam hal pelaporan keuangan perusahaan jasa. Pada perusahaan jasa, perhitungan Harga pokok produksi  memang lebih dikenal dengan istilah Cost of Revenue (COR). COR (Cost of Revenue) mirip namun tidak sama dengan COGS.
Sebenarnya apa itu yang dimaksud dengan COR? Mengutip dari Investopedia, COR sendiri merupakan total biaya yang muncul dari berbagai proses manufaktur dan pengiriman dari suatu produk. Informasi Cost of Revenue (COR) akan muncul di dalam laporan laba-rugi perusahaan jasa. Info COR tersebut akan disusun sebagai sebuah representasi dari biaya langsung yang terkait dengan jasa yang sudah disediakan oleh perusahaan. Komponen biaya tidak langsung seperti gaji pegawai juga tidak termasuk dalam pos COR ini (Groedu, 2018)

2.    Komponen Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)
Mungkin di antara kita ada yang pernah berfikir bahwa jasa yang kita sediakan tidak mempunyai harga pokok, mungkin karena ada yang berfikir bahwa harga pokok dan persediaan itu hanya terdapat pada perusahaan dagang dan manufaktur, kalau ada yang pernah berfikir demikian maka saya sarankan untuk secapatnya merubah cara berfikir demikian.
Pada perusahaan dagang dan manufaktur terdapat komponen-komponen biaya yang merupakan bagian dari harga pokok penjualan misalnya saja biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, biaya-biaya tersebut di katakan sebagai komponen-komponen biaya yang ikut menentukan besarnya harga pokok produksi dan harga pokok penjualan karena ada tidak-nya komponen-komponen tersebut akan sangat mempengaruhi proses produksi suatu perusahaan, lalu bagaimana dengan perusahaan jasa?.
Untuk perusahaan jasa sendiri terdapat dua kemungkinan, kemungkinan yang di maksud adalah ketika proses pemberian jasa, akan mengkonsumsi bahan baku, tenaga kerja dan overhead, apabila ketiga biaya tersebut di keluarkan oleh perusahaan pemberi jasa, maka perhitungan harga pokok jasa akan meliputi ketiga biaya tersebut.
Kemungkinan kedua adalah ketika tidak terdapat bahan baku dan overhead, maka harga pokok jasa hanya akan meliputi besar-nya biaya tenaga kerja yang di gaji untuk menyiapkan jasa tersebut, kenapa pada kemungkinan kedua hanya terdapat biaya tenaga kerja.
Suatu perusahaan jasa bisa beroperasi tanpa menggunakan bahan baku dan overhead, namun beroperasi tanpa menggunakan tenaga kerja sangat lah mustahil, sebagai contoh. Konsultan hukum, apakah jenis usaha jasa yang satu ini menggunakan bahan baku, dan overhead, konsultan keuangan, konsultan manajemen, pajak, dan masih banyak jenis usaha yang memang dalam memberikan jasa tidak menggunakan bahan baku. Dengan demikian maka harga pokok jasa hanya akan meliputi biaya tenaga kerja untuk memberikan jasa saja (Umar, 2015).
Lalu, apa saja yang menjadi komponen-komponen yang termasuk ke dalam COR ini? Berikut adalah pembahasan yang lebih mendetail mengenai berbagai komponen-komponen yang termasuk dalam COR. Komponen biaya tersebut antara lain:
a.     Biaya Bahan Baku.
Perusahaan jasa biasanya tidak pernah dan tidak akan mengenal komponen semacam ini. Namun lain halnya jika Anda menjalankan jenis perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur “produk”.
b.     Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL).
BTKL yang harus dimasukkan ke dalam komponen COR ini adalah seperti contoh BTKL adalah ketika Anda sedang mempekerjakan para pekerja lepas (freelancer) dalam suatu proyek khusus. Upah yang nanti akan dibayarkan pada jenis pekerja tersebut akan masuk ke dalam BTKL.
c.     Biaya Pengiriman (Ongkos Kirim).
Sebagai contoh jika Anda sedang menjalankan bisnis Jasa laundry terdapat keperluan untuk mengirimkan cucian yang telah dikerjakan, maka untuk biaya pengiriman cucian (ongkos kirim) tersebut akan masuk ke dalam komponen COR. Atau biaya transportasi seperti halnya bensin juga bisa masuk ke dalam komponen biaya seperti ini.
d.     Komisi penjualan atau sebagai biaya marketing.
Segala biaya yang berhubungan dengan pemasaran jasa bisnis Anda akan masuk ke dalam komponen komisi penjualan atau biaya marketing. Salah satu contoh konkritnya adalah untuk biaya iklan. Atau dari prosentase pembagian upah kepada para karyawan pemasaran yang memang bertugas untuk mempromosikan bisnis jasa Anda ke pada banyak orang juga termasuk ke dalam jenis biaya seperti ini.


3.    Tujuan Harga Pokok Produksi Perusahaan Jasa/ Cost of Revenue (COR)

Perhitungan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam menyediakan jasa layanan. Pada umumnya unsur biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, ongkos kirim dan komisi penjualan. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan jasa layanan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam mengambil keputusan dalam menentukan harga jasa layanan yang dijual.
Adapun tujuan dari penentuan harga pokok produksi:
a.     Sebagai alat pengendali biaya agar tidak ada kesalahan dalam mengalokasikan biaya sehingga harga pokok produksi menjadi akurat dan harga jual produk dapat bersaing dengan kualitas yang lebih baik.
b.     Sebagai alat untuk menentukan harga jual barang jadi dan menetapkan keuntungan  yang akan diperoleh perusahaan jika menjual barang tersebut.
c.     Sebagai dasar penetapan tindakan/cara produksi pada suatu perusahaan jasa layanan.


B.    Analisis Break Even Point (BEP)
Sebagai seorang pebisnis, tentu Anda akan membuat keputusan terkait investasi untuk pengembangan pemasaran. Untuk menghitung berapa tahun perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atau untuk memastikan kapan usaha Anda mengalami balik modal, Anda membutuhkan perhitungan Break Even Point .  Break Even Point atau nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga. Singkatnya, Break Even Point adalah titik impas antara besar jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian.

1.    Pengertian Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP) adalah titik di mana perusahaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Adapun analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu teknik mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume biaya variabel dan biaya tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap(Widayati, 2019:72). Dan sebaliknya akan memperoleh keuntungan bila penjualan melebihi biaya variable dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Break Event Point atau BEP juga merupakan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit (Guru Ekonomi, 2019).


2.    Tujuan Analisis Break Even Point (BEP)
Tujuan dari analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu. Selanjutnya dengan adanya analisis Break Even Point (BEP) tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi tentang keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga jual per satuan, produksi minimal, pendesainan produk dan lain-lain.
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui dulu hal-hal berikuy agar Break Even Point (BEP) dapat ditentukan dengan tepat (Widayati, 2019:73):
a.     Tingkat laba yang ingin dicapai dalam satu periode.
b.     Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan.
c.     Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variabel.
3.    Asumsi Dasar dan Sasaran Analisis Break Even Point (BEP)
Mudah tidaknya perhitungan atau penutupan titik Analisis Break Even Point (BEP) tergantung pada konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan di dalamnya. Dasar yang digunakan dalam Analisis Break Even Point (BEP), sebagai berikut (Widayati, 2019:72):  
a.     Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
b.     Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
c.     Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap per unit berubah-ubah.
d.     Harga jual per unit konstan selama periode yang dianalisis.
e.     Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
f.      Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu produk, maka perimbangan hasil penjualan setiap produk akan tetap.
Sasaran analisis Break Even Point (BEP) yaitu untuk mengetahui titik pulang pokok atau titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.

0 komentar:

Posting Komentar